CERPEN
Oleh
: Qais Reynou
Di
pagi hari, di hari setelah Minggu sebelum Senin, saat itu Pe`i sedang bersiap –
siap untuk pergi ke sekolahnya yang bertempat di alamat sekolah itu sendiri.
Karna waktu sudah menunjuk pukul 06:61, Pe`i dengan terburu – buru menyiapkan
buku pelajarannya untuk hari esok, karena buku pelajaran untuk hari ini sudah
ia bawa dan ia simpan di laci mejanya kemarin.
Pada
pukul 07:01 Pe`i berangkat ke sekolah. Untungnya, pada hari itu para guru
sedang rapat dengan kepala sekolah. Jadi, Pe`i tidak ketahuan kalau dia
terlambat masuk sekolah. Setelah rapat guru selesai, pelajaran pertama dimulai.
Pelajaran pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia, Pe`i sangat senang dengan
dengan pelajaran Bahasa Indonesia, tapi dia bukanlah seorang pengarang yang
baik.
Saat
guru Bahasa Indonesia masuk kelas, anak – anak langsung duduk di bangku masing
– masing dengan rapi dan menyiapkan buku Bahasa Indonesia. Hari itu bab pertama
pelajaran Bahasa Indonesia tentang mengarang cerpen. Guru Bahasa Indonesia, Bu
Mimin memerintahkan murid – muridnya untuk mengarang cerpen dengan syarat :
Font:
Times New Roman, 12
Dikumpul:
Minggu depan. Asli karangan sendiri
Mendengar
perintah itu, Pe`i khawatir dia tidak bisa membuat cerpen yang bagus. Jadi, dia
mencoba meminta bantuan kepada kakaknya untuk membuatkan cerpen yang bagus di
rumah nanti.
Pe`i:
“kak, aku dapat tugas dari bu guru untuk membuat cerpen, tapi aku nggak bisa
membuat cerpen yang bagus. Kakak bisa nggak buatin aku cerpen yang bagus?”
Kakak:
“cerpen ya? kalau cerpen sih kakak nggak bisa. Tapi besok coba kakak minta sama
temen kakak di sekolah, orang tua dia guru Bahasa Indonesia.”
Pe`i:
“ya udah, coba tanyain ya kak”
Kakak:
“iya, besok kakak tanyain”
Keesokan
harinya kakak Pe`i bertanya kepada temannya di sekolah yang ibunya pandai
mengarang.
Kakak
Pe`i: “ Mun, ibu kamu guru bahasa Indonesia kan?”
Mumun:
“iya, memangnya kenapa?”
Kakak
Pe`i: “ Adik saya si Pe`i ada tugas, dia disuruh membuat cerpen oleh gurunya,
tapi dia bukan anak yang pandai soal mengarang. Kamu bisa nggak minta sama ibu
kamu untuk membuatkan cerpen?”
Mumun:
“cerpen ya? kebetulan aku bawa buku koleksi cerpen karya ibu aku, kamu pilih
aja yang mana yang bagus”
Kaka
Pe`i: “oh ya udah, aku pilih yang berjudul “cerpen”. makasih ya Mun”
Mumun:
“iya”
Sewaktu
pulang sekolah, kakak Pe`i memberikan cerpen yang dia minta dari temannya Mumun
di sekolah tadi kepada Pe`i. Pe`i merasa senang dan aman karena tugasnya sudah
selesai. Tanpa ia baca, cerpen itu disimpannya dalam tas agar tidak ketinggalan
pada saat waktu pengumpulan.
Hari
pengumpulan tugas pun tiba, dengan santai Pe`i mengumpulkan cerpen yang dibuat
oleh ibu dari teman kakaknya. Saat semua cerpen selesai dibacakan satu persatu,
Bu Mimin terheran – heran dengan cerpen yang dibacakan oleh Pe`i. Dia merasa
cerpen yang dibacakan oleh Pe`i adalah cerpen karangan dia bulan lalu.
Akhirnya,
Pe`i pun ketahuan tidak membuat cerpennya sendiri melainkan itu adalah cerpen
karangan Bu Mimin yang sedang dipinjamkan kepada anaknya yang bernama Mumun
untuk ditempelkan di mading sekolah anaknya. Pe`i pun mengakui kesalahannya
kepada Bu Mimin dan dia disuruh untuk membuat kembali cerpen karangannya
sendiri.
TAMAT